Pembentukan Karakter Anak Melalui Kegiatan Keagamaan

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan istiadat.

Pepatah mengatakan “Be careful of your character, for your character becomes your destiny” bila diterjemahkan, artinya adalah “Berhati-hatilah dengan karaktermu, karena karaktermu akan menentukan nasibmu.” Pepatah tersebut bermakna bahwa apa yang terjadi di dalam hidup ini merupakan refleksi dari karakter yang ada dalam diri. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan istiadat. Pembentukan karakter yang baik berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa karena karakter yang kuat akan membentuk pribadi seseorang yang gigih dan ini harus ditanamkan sedini mungkin. 

Agama menjadi salah satu hal yang mendukung dalam pemberian warna atau pembentukan karakter seseorang. Sebagai pedoman hidup manusia, agama menjadi tonggak pembentukan karakter anak karena agama mengajarkan tentang kebaikan, kebenaran dan perdamaian. Hal ini menjadi catatan penting dalam melaksanakan program dengan basis keagamaan. Kegiatan keagamaan akan menyumbangkan kecerdasan spiritual untuk mencintai Tuhan, menghargai kejujuran, dan melakukan perbuatan baik serta menjauhi larangan-Nya.

Sadar atau tidak, pendidikan keagamaan mampu memberikan sumbangan yang besar dalam membentuk karakter seseorang. Seperti yang diungkapkan Dr. Martin Luther King, yakni intelligence plus character.. that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Anak usia dini menjadi sasaran yang paling potensial untuk membentuk karakter yang kuat karena karakteristik anak yang berpotensi menyerap pengetahuan yang lebih cepat. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir. Disinilah bahwa sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari usia dini yang merupakan awal bagi pertumbuhan karakter anak. 


#Sosial
SHARE :
Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT